Jumat, 17 Juni 2011

Bangunlah Serigalaku !!



Beriring bersama serigala
Aku kuat, berkuasa, licik, dan picik ...
Tapi tetap dalam kompisisi cerdas dan pintar
Aku bisa melakukan banyak hal,
“Apa sih yang tidak bisa aku lakukan?”
Kalimat itu yang dulu selalu membuatku bertahan berdiri tegak di atas kesombongan dan keangkuhanku
Beberapa waktu belakangan ini,
Kubiarkan serigala itu terlelap dalam tidurnya
Terpejam, menetralkan kesimpangsuiran,
sampai pada titik tenang
Dalam ketenangan itu aku tahu bahwa dia lelah
Serigala itu membutuhkan sandaran dalam peristirahatannya
Setelah dia melalui masa warna warninya
Susah, senang, suka, duka, sakit, bangkit, tertawa
bahkan merintih menangis!
Aku tidak berniat mengganggu peristirahatannya
Aku tau apa yang terjadi padanya
“Aku mengenalmu ... Lebih dari mengenal diriku sendiri,
karena kamu adalah aku.”
Seperti serigala yang tertidur dalam kandang tak berpagarnya
Kurasa dan kulihat bahaya mulai datang menghampiri
dengan kecepatan tak terduga
“Apa yang bisa aku lakukan?”
Serigala itu sedang terlelap pulas
Aku ingin berteriak memanggilnya untuk bangun...
“Serigala ... Bangkitlah. Bangun. Ada banyak orang yang membutuhkanmu. Kamu adalah sang penguasa
yang bisa tenang dan bijaksana mengendalikan situasi.”
Aku tidak bisa mengucapkan sepatah katapun!
Aku sungguh tau, apa yang sedang terjadi...
Serigala itu membutuhkan sesuatu yang bisa membakar kembali adrenalinnya yang terbiasa berpacu dengan waktu dan kompetisi
Tapi sekali lagi, serigala sedang tertidur dengan manisnya
Dia lelah,
Dia marah,
Dan sampai pada titik jenuh ...
Dia butuh sepi,
Dia butuh kehangatan,
Dia butuh tenaga,
Dia butuh ketenangan,
Bisa jadi, dia juga membutuhkan kasih sayang, belaian, dan pelukan sebagai sumbu pembakar semangatnya ...
Kurasakan bahaya itu semakin mendekat,
Lalu bagaimana caraku membangkitkannya?
“Serigala, bangunlah ... Bangkit! Aku tau kamu bisa! Cuma kamu yang bisa! Aku sungguh membutuhkanmu! Aku bisa mati tanpamu! Bukalah mata dan berdirilah dengan gagah! Perduli setan dengan kesombongan yang merajai. Aku mohon ...”
Aku begitu lemah,
Separuh jiwaku seperti hilang entah berantah
“Serigalaku, aku tau kamu bisa. Kamu pintar, kuat, licik dan selalu tau bagaimana cara melakukan sesuatu.”
Tuhan, apa ini yang Kau sebut teguran?
Waktuku terbuang tanpa menegurMu... Sejenak lupa tentangMu
Tuhan, aku merindukannya ...
Aku rindu kebuasannya,
Aku rindu gelak tawanya,
Aku rindu derai semangatnya,
Aku sungguh merindukannya bercinta bersamaku!
“Serigala, kamu sudah terlalu lama beristirahat. Bangunlah, aku mohon. Aku sungguh membutuhkanmu.”
Aku seperti batang kayu yang patah, berdiri pun aku merasa tak ada kesanggupan, Lantas bagaimana aku berjalan dan berlari?
“Serigalaku, berdirilah lantang bersamaku. Kembali kita bangkit, melangkah dan berlari riang. Mencari dan menemukan warna-warni yang hilang, atau baru sama sekali. Kita bersatu kembali! Bangunlah dari tidur panjangmu. Ini sudah waktunya merobek batasan dunia dengan ketidak warasan kita.”
Aku tertunduk lemah,
Kerinduan ini sungguh tak terbendung lagi,
Dengan kebangkitannya, aku pasti terselamatkan.
“Buktikan pengabdianmu kepadaku. Kamu adalah debar jantungku, urat nadirku, struktur otakku, otot kekuatanku...Kamu bukan serigala tolol, manja, dungu dan apatis. Maka jangan membuat dirimu seperti itu...Itu sama halnya kamu membuatku terlihat seperti mayat hidup.”
Aku punya segalanya, tapi aku tidak bisa bergerak bebas dan hanya berdiam diri seperti bangkai!
“Bangkit dan masuklah kembali ke dalam jiwaku, ini perintah, aku memanggilmu!”
Ya Tuhan, Jika memang dia tidak kunjung bangun dan menyelamatkan keterpurukanku,
Maka aku mungkin lebih baik menyerah pada keadaan.
“Serigalaku, tega kah kamu membiarkan aku tertatih seorang diri, terluka, lemah dan menangis? Rapuh dan hancur seperti pasir sampah tanpa guna sehelaipun.”
Jangan sampai habis kesabaranku,
Serigalaku, datanglah kembali padaku ...

Minggu, 12 Juni 2011

Let Me Stay Alone


Patah arah.
Patah arah.
Patah arah.

Selayang pandang nampak ceria tak waras.
Bersolek rupawan bak permaisuri raja.
Tapi tetap saja tak sanggup merubah situasi terdalam.
Pasrah saja kemana angin merangkul, aku yang patah arah.

Aku Bisa Tanpamu ... 

Saat ini aku terjatuh. Lagi lagi tersandung dan terjatuh.
Sedang tak ingin bangkit berdiri juga.
Ingin menikmati kepedihan ini bersama kesunyian gelanggang kosong.
Sedang tak ingin bangun sampai aku yang memutuskan untuk beranjak.
Biarkan aku sendiri dalam kekonyolanku. 

Aku cuma ingin ketika aku bangkit nanti, aku bisa tanpamu.

Sepasang Manusia Dungu


Seringkali ego kita berpacu bersamaan

dalam ketidak dewasaan di waktu yang kurang tepat
Dulu aku tau kamu yang pernah mengalah...
Aku belajar,
Sekarang aku yang malah lebih sering mengalah...
Aku bersabar,
Apa apaan ini?
Sebenarnya tidak ada yang salah atau benar
Hanya saja mulai terjadi ketidak seimbangan antara kekuatanmu dengan kewarasanku...
Perasaan ini seperti racun yang membelenggu dan mengunci mati urat nadiku!
Pendapat berbeda mungkin sudah biasa terjadi,
Lantas ketika berbeda arah tujuan,
Bagaimana bisa dijalankan di saat yang bersamaan?
Ahhhhh, aku merasa pincang... cacat malah!
Bergerak atau diam, salah
Bicara atau bungkam, salah
Melihat atau terpejam, salah
Sama saja situasinya, serba salah...
Perasaan ini seperti virus yang membelenggu dan mengunci mati urat nadiku!
Mau benci kamu, susah!
Mau bertahan seperti ini, lelah!
Mau pergi begitu saja, malah semakin gelisah!
Payah...payah...payah!
Perasaan ini seperti hama yang membelenggu dan mengunci mati urat nadiku!
Patah arah, kehilangan petunjuk, mana jalan yang harus kutempuh demi penemuan jati diri baru
Perasaan ini pernah bergelora dan ingin dengan lantang berucap “Saya sayang sama kamu”,
Tapi mendadak lebih baik terkunci rapat, membisu, buta dan pincang, agar kamu tidak perlu tahu, apa yang sebenarnya kurasa terhadapmu!
Rinduku tak bisa terucap,
Sayangku tak kunjung sampai,
Airmata ini mewakili kekesalanku yang tidak pernah berhasil mengungkapannya,
Sering kali menjadi salah ucap, tingkah dan persepsi.
Selalu kembali pada situasi bertengkar, beradu urat kata, dan mempertahankan waras masing-masing
Perasaan ini seperti obat bius overdosis yang membelenggu dan mengunci mati urat nadiku!
Ahhhh!!!
Aku benci bila saja harus memulainya lebih dulu,
Kurasa kamu pun begitu!
Kupikir, kadang diam menyelamatkan situasi
Tak jarang pun logikaku menolak bahwa lebih baik menangis hari ini, jujur dan terbuka, sakit dan membara, daripada tidak bisa meluruskan jalan liku sama sekali...
Aku terlanjur membiarkan perasaanku terombang-ambing dungu bersama ketidak jelasan perasaanmu padaku,
Perasaan ini seperti racun kimia yang membelenggu dan mengunci mati urat nadiku!
Kita ini, teman atau bukan... sepertinya bukan!
kita ini, sahabat atau bukan... bukan!
kita ini, kekasih atau bukan... juga bukan!
Lalu apa? Kita saja malah terdiam, sama sama tak punya jawaban kebenarannya...
Atau kita adalah sepasang manusia yang mencoba menolak diri untuk saling jatuh cinta?
Atau bisa saja, kita ini sepasang remaja tolol yang tidak tau bagaimana harus memulai dan mengakhiri gejolak muda ini?
Tanya pada Tuhan, Malaikat dan Setan pun tidak akan ada jawabannya!
Pastinya harus dicari jawabannya dengan cara kita sendiri...
Perasaan ini seperti musuh yang membelenggu dan mengunci mati urat nadiku!
Lalu bagaimana bila kita berdua sama-sama bodoh, sama sama menjunjung harga diri, sama sama tolol dan dungu, sama sama buta pada fakta ...
Ya ampun, siapa yang bisa menjelaskan ...
Apa yang harus kita lakukan?
Aku atau kamu yang lebih dulu memulai?
Perasaan ini seperti racun yang membelenggu dan mengunci mati urat nadiku ... atau kita berdua mati bersama saja?!

Pesan Singkat Untuk Tuhan


Ya Tuhan, aku tidak berani terpejam dalam tidur. Aku takut memimpikannya lebih dalam.
Tidak bisa aku katakan apa yang kurasa sekarang.
Aku tidak ingin melukainya.
Tidak ingin mencoreng kisah yang telah kami lalui bersama. 
Dia terlalu Indah untuk kulepaskan.
Yang bisa aku lakukan saat ini hanya berjalan ikhlas dalam takdir yang Kau gariskan di tanganku.
Tuhan...
Aku tahu aku tidak pantas mendapatkan dia,
aku tidak berhak mengemis cintanya,
aku tidak boleh memaksakan perasaanku padanya,
aku tidak boleh menyayanginya sampai pada titik cinta,
benar kan itu, Tuhan?
Hhh, tapi aku berhak memohon petunjuk yang terbaik dariMu.
Dia, atau masih ada perjalanan lainnya...
Aku tidak bisa memaksakan
apa yang tidak digariskan Tuhan padaku.
Kalau itu bukan Rezeki yang kuinginkan, berarti ada jalan lain yang lebih baik lagi untuk kulalui.
Kalau dia bukan jodoh yang kuharapkan, berarti ada lelaki lain yang lebih baik untuk kebahagiaanku.
Itu saja.
Tuhan adalah pemilik Takdir manusia dan itu tidak bisa diberontakkan.
Lindungilah dia dalam kasihMu, jangan biarkan keindahan yang kuresapi dalam dirinya hilang. 
آمِّينَ :)

You Are My Man

Kamu ajari aku bagaimana cara bersikap tenang.
Kamu ajari aku bagaimana menghormati sesuatu.
Kamu ajari aku bagaimana menekan ego kekanakan.
Kamu ajari aku cara melangkah dalam gelap hidup.
Kamu ajari aku takaran manja seorang wanita.
Kamu ajari aku tentang harkat, derajat dan martabat.
Kamu ajari aku cara kembali pada nafas sang Pencipta.
Kamu tidak sadar, berjalan beriringan bersamamu,
semakin membangun kedewasaanku.
Tidak ada yang sempurna di dunia ini.
Aku belajar menerima kekuranganmu,
aku cuma meminta kamu bisa menerima bahwa inilah aku.
Bukan karena siapa aku, tapi karena kesederhanaanku yang telah berusaha semampuku untuk memberimu kasih sayang.
Semoga itu cukup.
Aku mencinta dalam diam, bernyanyi riang dan menghela nafas ketenangan berada di sampingmu, merasakan kehangatan belaianmu merayap sampai ke urat nadiku yang paling tipis.
Menikmati kedamaian dalam pelukmu yang selalu bisa redakan aku kala lelah dan terpuruk.
Orang-orang boleh bilang kamu standard,
tapi kamu spesial di relungku.
Mereka menilai kamu biasa saja,
tapi menurutku kamu luar biasa.
* You are my man *